Tentang Pilihan Ku
Karya: Anggita DP
Pagi lagi, dan kembali ke rutinitas kerja lagi. "Harus ya gw ada di sini?" Jujur, kadang ungkapan seperti itu terbesit di dalam pikiranku. Ketika aku mulai sadar, detik ini aku sudah menjalani apa yang disebut dengan pilihan. Ya, pilihan hidup. Hidup itu tidak memaksa kok, kita hanya perlu memilih. Artinya, kalau mau menjalani ya silakan, nggak juga gapapa. Sesimpel itukah hidup? Jawabannya, ya. Hanya saja pada setiap pilihan pasti ada sebuah konsekuensi yang didapat nantinya.
Pagi ini, aku flashback pada beberapa waktu lalu. Saat itu aku memasuki tahun pertama perkuliahan. Hari-hari ku seru, jari-jari sampai lincah menekan tombol keyboard di laptop, merangkai kata-kata. Pengetahuanku, teknik menulis ku pada saat itu sama sekali masih NOL besar. Tapi dorongan hati terus memberi semangat untuk terus berusaha, belajar dan mau menekuni apa yang disebut dunia menulis. Ya, karena aku memilih untuk mengambil jurusan sastra di kampusku.
Orang-orang terdekat juga terus memotivasiku untuk selalu mau belajar, dari iseng-iseng bikin cerita "semau-ku" Tapi pada akhirnya ya aku mulai disibukkan dengan rutinitas lainnya. Huh..
Dan jika ada yang bertanya "Besok lulus mau kerja di mana?" Dengan mantap aku menjawab, "Di media, atau paling tidak bisa jadi penulis yang asik." Dan mereka yang bertanya selalu menjawabnya dengan kata, "Amiiin...".
Pagi ini, tepat pukul 06.00, badan mungilku bersemangat untuk melewati padatnya jalanan ibu kota bersama kendaraan roda dua kesayanganku. Perjalanan yang lumayan mengesankan, dibantu earphone kepunyaanku yang selalu menemani perjalananku dari Jakarta Selatan menuju timurnya Jakarta.
Iya, setiap pagi pada hari-hari kerja inilah rutinitas ku. Memakai rok mini sebatas lutut, flat shoes, dan tas yang bukan tas "gemblok" adalah perjuangan tersendiri ketika harus mengendarai kendaraan bermotor dan dihadapkan dengan kemacetan, pengendara lain. Bahkan asap hitam tebal yang keluar dari corong knalpot minibus.
Haaahaha, kadang nyiksa cyinnn....
Cukup tenang dengan secangkir es kopi yang selalu menemani malam hariku, setelah seharian dibuat "stres" dengan kemacetan ibu kota dan bahkan pekerjaan di kantor.
Ditambah angin yang sering masuk ke tubuh kecilku ini. Hahaha itulah alasan aku sangat mudah sekali masuk angin ataupun terserang penyakit.
Setiap pagi, aku berfantasi berangkat kerja dengan menggunakan celana jeans sobek di bagian lutut, sepatu kets bertali, rambut dikuncir kuda, dan menenteng sebuah kamera. Aaaaah.... Aku hanya sedang berandai. Mengamati setiap tingkah laku unik orang-orang di jalanan, mencari fokus yang bisa terus dikembangkan menjadi sebuah cerita, dengan dokumentasi gambar-gambar yang terbidik kamera, dan tentunya dengan jam kerja yang bisa dikatakan "bebas". Hahahaha pengandaian ku pagi ini cukup membuatku menelan ludah karena kenyataan yang harus aku jalani sudah ada di depan mata.
Hari ini, aku tetap pada pilihanku. Belajar terlepas dari apa yang aku impikan, pilihanku memang bukan impianku, tapi dari situlah aku harus belajar lebih dalam lagi untuk menaklukkan apa yang sudah menjadi pilihanku. Jangan pernah takut keluar dari dirimu, dari mimpi-mimpimu. Karena itu akan membuat Anda menemukan lebih banyak arti hidup lagi :)
(Dikutip dari buku Kumpulan Cerpen Kita oleh Rerin Maulinda.)
sumber:https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7619807/8-contoh-cerpen-singkat-yang-bermakna
Komentar
Posting Komentar